Rabu, 16 Desember 2009

MASIH ADAKAH TEMPATKU DI SISIMU





Malam begitu sunyi, tanpa ada yang menemani. Dikala seperti ini aku teringat akan kekasihku Adan. Hubunganku dengan dia begitu mesra dan bahagia. Tapi kebahagiaan itu hilang setelah mama menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku kenal. Masih terngiang di telinga ini perkataan mama kemarin malam. Sonia, kamu udah punya pacar belum? Kata mamaku. Aku langsung menjawab tidak. Walaupun sebenarnya aku sudah punya pacar, yaitu Adan.


Aku takut mama tidak akan menerima kehadiran Adan. Karena sepengetahuanku, mamaku itu seorang yang Materialistis dan Fanatisme. “ jadi kamu belun punya? SSonkurlah. Karena mama sudah punya calon untukmu.” Perasaanku bagaikan disambar petir pada waktu itu. Tapi aku tidak memperlihatkan perasaan sedihku pada waktu itu. Karena aku takut mama akan marah.
Lalu aku berkata lagi.” Seperti apasih calon mama itu?” pokoknya dia sangat pas buatmu dan tidak akan pernah mengecewakanmu.” Siapa sih orangnya?” besok deh mama suruh dia ke sini.” Setelah itu aku lari kekamar dan menangis sejadinya. Nggak kebayang betapa sakitnya nanti hati Adan mendengarnya. Tapi ini juga karena kesalahanku. Ya, aku tidak berani berterus terang pada mama.
Esok harinya, diapun dating juga. Lalu kami kenalan.” Kenalkan, nama saya Hengki.” Saya Sonia.” Saya sudah tahu kok dari tante. Katanya kamu memang cantik Son. Aku nggak kecewa deh sama pilihan papaku.” Rupanya dia juga dijodohkan denganku. Kata Sonia dalam hatinya. Sampai sekarang, aku belum menyampaikan berita ini kepada Adan. Karena aku kasihan melihat dia. Dia itu orangya sangat setia, baik hati dan penuh perhatian padaku. Itulah sebabnya aku tidak sanggup untuk mengatakannya.

Hari demi hari kulalui. Sebulan kemudian, keluarga Henki pun dating untuk melamarku. Tentu saja aku belum siap untuk menikah. Karena mama terus mendesakku, akhirnya aku iyakan saja. Aku sudah tidak perduli lagi dengan kuliahku. Mama pun tidak begitu memaksakan aku untuk masuk kuliah, karena sebentar lagi aku akan melangsungkan pernikahan dengan pria pilihan mama. Yaitu orang yang tidak aku cintai itu.
Khatir dengan keadaanku, Adan dating kerumahku dan bertanya kenapa aku tidak masuk kuliah selama dua minggu lebih. Akhirnya aku memberanikan diri untuk berterus terang kepada Adan.” Adan…….., sebenarnya aku sudah dijodohkan dengan orang lain.” Dan, kamu tahu sendiri kan. Mamaku itu orangnya egois.” Adan……., maukah kamu membawaku pergi dari kemelut ini? Adan……., bawalah aku pergi kemana engkau pergi!”
“ Tidak Sonia. Apakah kamu sudah gila? Bagaimana dengan masa depan kita” aku tidak perduli, jawabku dengan refleks. Adan termenung sejenak. Mungkin dia sedang berpikir dan merencanakan sesuatu.” Begini saja Son. Kamu turuti saja apa kehendak mamamu. Karena aku tidak sanggup untuk membahagiakanmu.” Terserah padamulah, jawabku. Aku sudah pasrah dengan apa nantinya yang akan kuhadapi. Hatikupun semakin tak menentu. Akhirnya hubunganku resmi putus dengan Adan.
Kuberikan kalung pemberian tunanganku kepada Adan.dengan berat hati, Adan pun menerimanya. Karena itu merupakan tanda perpisahan kami. Pernikahankupun dilangsungkan. Sejak perpisahan itu, kabar mengenai Adan tidak pernah kudengar lagi. Selang berapa lama setelah pesta, aku diboyong ke rumah mertuaku. Ya, cukup jauh memang daari rumahku. Setelah tiba disana, aku sangat kecewa. Betapa tidak? Bayangin aja. Ternyata suamiku itu seorang yang seks maniak.
Betapa tersiksanya batinku ketika mengetahui kelainan seks yang dialami oleh suamiku. Bayangin aja, seharian aku dikunci dikamar dan tidak boleh keluar. Makanpun diantar kedalam kamar. Karena suamiku takut kalau aku akan kabur. Hal itu aku alami kurang lebih dari dua bulan. Mama khawatir dengan keadaanku, karena aku tidak pernah mengirim kabar. Mamapun dating menjengukku.
“ Assalamu alaikum……” aku masih hapal betul dengan suara itu. Itu adalah suara milik mama. Untuk keluar dari kamar aku tidak bias. Karena dikunci dari luar oleh suamiku. Ia lagi pergi kekantor dan si Inah pembantu kami pergi kepasar untuk belanja. Akhirnya aku menjerit dengan sekeras – kerasnya. Dengan pertolongan Tuhan,mamapun mendengar jeritan serta teriakanku dan mama langsung mendobrak pintu.
“ Masya Allah……., apa yang sedang terjadi denganmu anakku? ” nanti deh aku certain. Sekarang kita harus pergi keluar dari neraka ini ma!” Lalu kami pergi meninggalkan istana yang seperti neraka itu bagiku. Setelah kuceritakan semuanya, mama langsung menangis. Wajahku yang dulunya cantik, bodyku yang mirip biola, sekarang menjadi jelek, pucat pasi bagaikan bulan yang kesiangan. Hal itulah yang kualami sekarang.
Kini telah satu minggu aku dirumah. Tiba –tiba aku dikejutkan oleh sesosok tubuh yang mengingatkanku pada masa lalu yang menyibak lembaran masa laluku. Dia adalah Ela teman akrabku dulu. Ternyata dia mengetahui permasalahanku ini. Dia adalah famili mantan suamiku.” Ela……., kaukah itu?” Ya. Sonia……., kenapakah kamu berubah seperti itu?” ceritanya panjang La, nanti deh aku certain.
Tanpa kusadari dengan spontan aku menanyakan tentang Adan.” Bagaimana kabarnya Adan? Apakah dia masih kuliah dan tinggal di rumahnya yang dulu?” pertanyaan itu dating tanpa kusadari. Dan elapun jadi heran. Karena setahu Ela, Adan dan Sonia itu sudah tidak punya hubungan apa – apa lagi. Hari sudah semakin larut. Elapun pulang dengan berjuta kebingungan karena sikapku yang tidak seperti biasanya.
Esok harinya, aku pergi kekampus. Maksud hati ingin bertemu dengan Adan.Tapi Ela menghalangiku.” Sonia……., kamu jangan lagi mengganggu kebahagiaan Adan. Dia sudah cukup menderita karena perbuatanmu dulu.” Apakah dia sudah punya pengganti? Siapa Ela……, siapa?” Ela diam. Karena dia tidak ingin kehingan Adan.
“ Walaupun dia sudah punya pengganti,aku tetap ingin ketemu dengannya. Aku tidak beermaksud untuk kembali padanya lagi. Karena aku tahu, bahwa dia tidak akan menerimaku lagi.” Dengan berat hati, akhirnya Ela memanggilkan Adan juga. Ela sudah pasrah terhadap keputusan Adan nantinya. Aku tidak keluar dari dalam mobil. Karena aku malu pada teman – temanku.
Kemudian Adan datang dan aku langsung membukakan pintu mobil. Kuceritakan bagaimana keadaanku selama ini pada Adan. Dia hanya diam saja. nampaknya Adan bingung melihat keadaanku yang tidak karuan itu. “Adan……. Masih adakah tempatku di sisimu…….? Adan, apakah kamu masih mencintaiku? Siapakah pengganti diriku yang sangat kau cintai itu, sehingga sulit bagimu tuk menjawab pertanyaanku…….?”
Dengan spontan Adan menjawab.” Ela.” Akupun tidak bias menuduh Ela bahwa dia telah merebut kekasihku. Karena Adan pernah aku tinggalkan dan sakit hati atas perbuatanku. Setelah Adan pergi, akupun pulang.
“ kemasi semua barang – barang kita ma!” Lho, kita mau kemana Son?” kita akan pergi jauh dari sini. Kita akan pergi ke Jerman dan menetap disana.” Lalu rumah kita?” dijual.” Bagaimana dengan pekerjaan mama?” aku punya kenalan disana dan kita bias bekerja disana.” Oke, kalau memang itu sudah jai keputusanmu.” Kita berangkat hari ini juga ma!”
Kemudian aku dan maam berangkat kerumah Adan dengan maksud untuk menghadiahkan mobilku padanya. Aku dan mama telah sepakat untuk memberikan mobil tersebut pada Adan.” Adan……. Terimalah mobil ini sebagai tanda kenang – kenangan dari aku dan mama!”
“ Ini hasil tabunganku dan bukan pemberian suamiku.” Tapi…….? Adan masih ragu untuk menerimamya.” Jangan bilang tapi Adan, aku ikhlas kok. Aku sangat berharap agar kamu mau menerimanya.” Terimalah nak Adan…….! Sonia membelinya dengan uang tabungannya kok. Sambung mama untuk menguatkan Adan. Akhirnya Adan tidak dapat menolak pemberian tersebut.
Adan mengantar kami ke bandara. Sebenarnya apa yang ada dihatiku sama dengan perasan Adan. Dia juga pasrah tapi tak rela dengan perpisahan ini. Tapi inilah permainan hidup yang harus dijalani. Dengan naiknya pesawat yang kami tumpangi, maka berakhirlah semua kemelut yang ak alami dan aku berusaha untuk melupakan semua kenanganku bersama Adan dan orang – orang yang kucintai di Indonesia. Mudah – mudahan, besok aku sampai di Jerman dengan menjemput nasib yang baik dan masa depan yang cemerlang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar